Sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat korban bencana Gunung Kelud, Mahasiswa STIE Indonesia Malang melalui MPA Paradisoda dan BEM, mengadakan bakti sosial. Kegiatan ini secara spontanitas dilakukan oleh segenap mahasiswa tatkala mendengar banyak korban bencana Gunung Kelud.
Mahasiswa mulai melaksanakan penggalangan dana dan barang setelah mendapat persetujuan dari Bpk HM.Saleh Ali,SH.,SE.,MM sebagai Wakil Ketua III yang memimpin bagian kemahasiswaan. Dana dan barang inipun dikumpulkan dari kalangan mahasiswa STIE Indonesia Malang sendiri, dan juga kepada masyarakat umum yang tergerak untuk membantu korban bencana.
Tidak seperti Baksos dari lembaga atau organisasi pada umumnya, mahasiswa STIE Indonesia Malang ingin langsung menyalurkan bantuan itu kepada mereka yang susah dijangkau oleh posko-posko bantuan. Mahasiswa mencari informasi lokasi yang belum dijangkau, dan ingin menyalurkannya kesana secara langsung.
Dana dan barang yang terkumpul, tidak seberapa tapi kepedulian mahasiswa terhadap sesama, patut dipuji. Dana yang terkumpul itu digunakan untuk membeli sembako, obat-obatan, peralatan mandi dll. Sedangkan barang, berupa pakaian yang layak pakai, kebutuhan wanita dan bayi serta beberapa perlengkapan lainya.
Ketua STIE Indonesia Malang, Prof.Dr.Hj.Setyaningsih SE, melepas keberangkatan bantuan mahasiswa itu pada Senin, 24 Februari 2014 dengan menyampaikan beberapa arahan dan juga iringan do’a buat mahasiswa yang ikut menyalurkan bantuan kelokasi yang telah direncanakan.
Dalam penyalurannya, mahasiswa ditemani oleh seorang Dosen dan seorang konsultan IT dari PT.Sharing Vision untuk STIE Indonesia Malang yakni Meiman Solala Halawa,SE.,MM dan Haris Alamsyah,ST.,MM. Dan juga dibantu oleh beberapa orang relawan, menemani mahasiswa hingga semua logistik yang sudah dipersiapkan, teralokasikan dengan baik.
Adapun daerah sasaran baksos yaitu Mulyorejo,Mbales, dan Selorejo – Ngantang. Dari informasi, kebanyakan daerah-daerah disekitar ini belum tersentuh bantuan, selain karena susah dijangkau kendaraan, juga karena anggapan organisasi lain, warga daerah ini sudah diungsikan ke tempat-tempat pengungsian. Padahal, masyarakat masih banyak yang belum ikut mengungsi terutama orang tua dan anak-anak, karena daerah ini terisolir, dan untuk bisa sampai ketempat pengungsian, masyarakat harus melewati jalur lahar. Sehingga kebanyakan warga memilih tinggal dirumahnya walau masih sangat beresiko.
Masih banyak desa yang belum tersentuh bantuan pada saat itu, tetapi mahasiswa STIE Indonesia Malang, hanya bisa menjangkau 3 Desa. Selain logistik yang sudah habis tersalurkan, cuaca dan waktu juga sudah tidak memungkinkan. Ingin rasanya mahasiswa melihat kondisi desa-desa lain, tapi waktu sudah keburu malam, dan hujan lebat juga mengguyur daerah itu, dikhawatirkan jalur pulang terhalang banjir karena untuk sampai kelokasi, harus melewati jalur lahar dingin.
Dari pantauan mahasiswa yang turun ke lapangan pada saat itu, masyarakat mengeluhkan kondisi kesehatannya, banyak yang mengalami gangguan pencernaan, ispa dan beberapa gangguan kesehatan lainnya. Selain itu, rumah-rumah warga, atapnya banyak yang rusak karena diterjang oleh batu-batu yang terlempar dari letusan Gunung Kelud .
Melihat kondisi itu, para mahasiswa ingin kembali berbagi ke desa lainnya,,, SEMOGA!